LAPORAN FARMASETIKA KAPSUL
BAB
I
PENDAHULUAN
I.I
Latar Belakang
Gelatin adalah Produk alami yang
diperoleh dari hidrolisis parsial kolagen. Gelatin merupakan protein yang larut
yang bias bersifat sebagai gelling agent (bahan pembuat gel) atau sebagai non
gelling agent. Sumber bahan baku gelatin dapat berasal dari sapi (tulang dan
kulit jangat), babi (hanya kulit), dan ikan (kulit). Karena gelatin merupakan
produk alami, maka diklasifikasikan sebagai bahan pangan bukan bahan tambahan
pangan.
Gelatin sangat penting dalam rangka
diversifikasi bahan makanan, karena nilai gizinya yang tinggi yaitu terutama
akan tingginya kadar protein khususnya asam amino dan rendahnya kadar lemak.
Gelatin juga sangat penting untuk bahan pembuatan kapsul pada obat. Indonesia
menggunakan kapsul keras, bahan baku untuk membuat kapsul keras adalah gelatin.
Kapsul keras (hard capsule) merupakan
pengembangan obat yang isinya dalam bentuk serbuk. Gelatin kering mengandung
kira-kira 84 – 86 % protein, 8 – 12 % air, dan 2 - 4 % mineral. Dari 10 asam
amino essensial yang dibutuhkan tubuh, gelatin mengandung 9 asam amino
essensial, satu asam amino essensial yang hamper tidak terkandung dalam gelatin
yaitu Triptofan. Gelatin mempunyai sifat mudah larut dengan air liur dan juga
kenyal.
Umumnya gelatin diproduksi dari
bahan yang kaya akan kolagen baik tulang amupun kulit. Kulit dan tulang dapat
diperoleh dari hewan seperti sapi atau babi. Akan tetapi, apabila gelatin
dibuat dengan menggunakan kulit atau tulang sapi akan memerlukan proses lama
dan butuh bahan kimia untuk penetral lebih banyak sehingga memerlukan banyak
biaya yang sangat mahal. Babi merupakan salah satu bahan baku yang sanga mudah
dimanfaatkan untuk bahan baku gelatin. Mengingat babi mudah dibudidayakan pada
kondisi yang fleksibel dan kandungan kolagen dalam babi sangat besar, maka
banyak perusahaan atau masyarakat yang menggunakan babi sebagai bahan baku
pembuatan gelatin.
Banyaknya pembuatan gelatin dari
bahan baku babi membuat sebagian orang khususnya yang beragama Islam menjadi
khawatir akan kehalalan dari produk tersebut. Selain itu, Negara Indonesia sendiri
tidak bisa memproduksi gelatin di dalam negeri, melainkan harus banyak
mengimpor dari Negara tetangga. Mengingat banyaknya produsen luar negeri yang
sering menggunakan bahan baku babi untuk memproduksi gelatin, maka kehalalan
dari produksi tersebut diragukan. Oleh karena itu, diperlukan berbagai solusi
alternatif untuk mengatasi masalah tersebut.
Di Indonesia yang mayoritas
warganya menganut agama Islam, penggunaan cangkang kapsul yang bahan bakunya
dari babi tentu sangat dihindari. Masa kini, para peneliti sedang mengupayakan
agar terciptanya inovasi dalam pembuatan cangkang kapsul dari bahan baku
alternatif selain dari hewan dengan bahan baku yang mudah didapat dan dengan
kualitas yang sama bahkan jauh lebih baik.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa
yang dimaksud dengan sediaan kapsul dan jenis-jenisnya ?
2) Apa
kelebihan dan kekurangan sediaan kapsul ?
3) Bagaimana
cara pembuatan sediaan kapsul ?
4) Bagaimana
cara perhitungan atau penimbangan bahan dalam resep ?
1.3 Tujuan
1) Untuk
mengetahui sediaan kapsul dan jenins-jenisnya.
2) Untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan sediaan kapsul.
3) Untuk
mengetahui cara pembuatan sediaan kapsul.
4) Untuk
mengetahui perhitungan atau penimbangan bahan dalam resep.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
Kapsul adalah
bentuk sediaan padat
yang terbungkus dalam
suatu cangkang keras
ataupun lunak yang
padat larut (Syamsuni,
2012). Cangkang kapsul
di buat dari
gelatin dengan atau
tanpa zat tambahan
lainnya. Cangkang juga
dapat di buat
dari metilselulosa atau
bahan lainnya yang
cocok (Anief, 2012).
Ukuran
kapsul menujukkan ukuran
volume dari kapsul
dan di kenal 8
macam ukuran, yaitu
000, 00, 0, 1, 2, 3, 4, 5. Ukuran
000 adalah ukuran
kapsul untuk hewan,
sedangkan untuk pasien
ukuran terbesar adalah
00. Ukuran kapsul
bermacam-macam baik panjang
atau pendek, dengan
bentuk bervariasi, misalnya
bulat, oval, panjang
dan silinder (Anonim,2007).
Macaam-macam kapsul (Lia Amalia,2003)
:
1. Kapsul cangkang
keras (capsulae durae, hard capsul)
Contohnya kapsul
tetrasiklin, kapsul kloramfenikol dan kapsul Sianokobalamin.
2. Kapsul cangkang
lunak (capsulae molles, soft capsule)
Contohnya kapsul
minyak ikan dan
kapsul vitamin.
Keuntungan bentuk
sediaan kapsul (Syamsuni, 2005) :
1.
Bentuk
menari dan praktis.
2.
Tidak
berasa sehingga bisa
menutup rasa dan
bau dari obat
yang kurang enak.
3.
Mudah
di telan dan
cepat hancur/larut di dalam
perut, sehingga bahan
cepat segera di
absorbs (diserap) usus.
4.
Dokter
dapat memberikan resep
dengan kombinasi dari
bermacam-macam bahan obat
dan dengan dosis
yang berbeda-beda menurut
kebutuhan seorang pasien.
5.
Kapsul
dapat di isi
dengan cepat tidak
memerlukan bahan penolong
seperti pada pembuatan
pil atau tablet
yang mungkin mempengaruhi
absorpsi bahan obatnya.
Kerugian bentuk
sediaan kapsul (Syamsuni 2005) :
1. Tidak bisa
untuk zat-zat mudah
menguap sebab pori-pori
cangkang tidak menahan
penguapan.
2. Tidak untuk
zat-zat yang higroskopis.
3. Tidak untuk
zat-zat yang bereaksi
dengan cangkang kapsul.
4. Tidak untuk
balita.
5. Tidak bisa
dibagi (missal ½ kapsul).
Ada
3 cara pembuatan (Syamsuni
2005)
:
1. Dengan
tangan
Cara ini merupakan
cara yang paling
sederhana karena hanya
menggunakan tangan, tanpa
menggunakan alat.
2. Dengan alat
bukan mesin
Alat yang
di maksud di
sini adalah berupa
alat manual yang
pengerjaannya tidak menggunakan
mesin dan listrik.
3. Dengan mesin
Untuk produksi
obat kapsul secara
besar-besaran, perlu menggunakan
mesin untuk membantu
pengisian kapsul.
Syarat-syarat Kapsul (Syamsuni 2005) :
1.
Keseragaman Bobot
Menurut FI.III, dibagi menjadi
dua kelompok, yaitu :
a. Kapsul berisi
obat kering
b. Kapsul berisi
obat cair atau
pasta
2.
Waktu
Hancur
3.
Keseragaman Sediaan
4.
Uji Disolusi
II.2 Materi Praktikum
1. Menyalin
resep
dr.
samsunar
SIP : 2345/IPDU/2001
Jl, Ld.Hadi No.201, Kendari
Telp. (0401) – 3193560
|
No.
Tgl.
R Paracetamol 250 mg
Ctm 4 mg
GG 1
tab
m.f
caps dtd no. XX
S.P.r.n caps 1 × maks
dd
Pro : Dian (25 tahun)
|
Keterangan
:
m.f
caps (misce fac capsule) : Campur, Buatlah kapsul
d
td (denture tales dosis / da tales
dosis) : Berikanlah dengan takaran / Sebanyak
itu.
No.
XX (nomero xx) : Jumlah 20
S.P.r.n
caps (Signa Pro re nata) : Tanda kadang-kadang bila diperlukan
1
× maks dd (1 × maksimal de die) : 3 × 1 setiap hari
Pro
(pro) : Untuk
2. Scrining
resep
1) Scrining
Administrasi
Bagian resep
|
Kelengkapan
|
Ada
|
Tidak ada
|
Keterangan
|
Inscriptio
|
Nama dokter
|
ü
|
-
|
dr. samsunar
|
SIP
|
ü
|
-
|
2345/IPDU/2001
|
|
Alamat dokter
|
ü
|
-
|
Jl. Ld.Hadi
No.201
|
|
No. Telp/Hp
|
ü
|
-
|
(0401) –
3193560
|
|
Tempat dan
tanggal penulisan resep
|
-
|
ü
|
Tidak
tercantum dalam resep (19-11-2016)
|
|
Prescriptio
|
Nama dan
jumlah obat
|
ü
|
-
|
Paracetamol
250 mg, CTM 4 mg, GG 1 tab.
Sediaan akhir 20 kapsul.
|
Bentuk sediaan
|
-
|
ü
|
Tidak
tercantum dalam resep (Capsul)
|
|
Signatur
|
Nama pasien
|
ü
|
-
|
Dian
|
Umur pasien
|
ü
|
-
|
25 tahun
|
|
Alamat pasien
|
-
|
ü
|
Tidak
tercantum dalam resep (Jl. A.H Nasution Andonuhu Kendari)
|
|
No. telp/hp
|
-
|
ü
|
Tidak
tercantum dalam resep
(082271300952)
|
|
Aturan pakai
|
ü
|
-
|
3 × 1 sehari
|
|
Subscriptio
|
Paraf atau
tanda tangan dokter
|
-
|
ü
|
Tidak
tercantum dalam resep
![]() |
2)
Scrining farmasetika
Bentuk
sediaan obat pada resep yaitu tablet parasetamol 250 mg, tablet CTM 4 mg, dan
tablet GG 1 tablet. Ketika obat tersebut diserbukkan, sediaan diberikan dalam
bentuk kapsul.
Khasiat obat pada resep
: Paracetamol sebagai analgetik dan antiperotik yang dapat menghilangkan rasa
sakit dan menrunkan suhu tubuh (panas), CTM sebagai antihistamin atau anti
alergi, dan GG sebagai ekspotorania meredahkan batuk berdahak
II.3 Uraian Bahan
1. Paracetamol (FI.III. Hal : 649)
|
|||
Nama Resmi
|
:
|
Paracetamol
|
|
Nama Lain
|
:
|
Asetamenofen
|
|
Pemerian
|
:
|
Serbuk halus, putih,
tidak terbagi basa
|
|
Rumus Molekul
|
:
|
C8H9NO2.
|
|
Berat Molekul
|
:
|
151,16.
|
|
Kelarutan
|
:
|
Larut dalam air
mendidih
|
|
Penyimpanan
|
:
|
Dalam wadah
tertutup rapat
|
|
Khasiat
|
:
|
Analgetik.
|
2. CTM (FI.III. Hal : 153)
|
|||
Nama Resmi
|
:
|
Chlorpheniramini maleas.
|
|
Nama Lain
|
:
|
Klorfeniramina maleat
|
|
Pemerian
|
:
|
Serbuk hablur, putih,
tidak berbau
|
|
Rumus Molekul
|
:
|
C16H19C1N2 . C4H4O4.
|
|
Berat Molekul
|
:
|
390,87.
|
|
Kelarutan
|
:
|
Larut dalam 4
bagian air
|
|
Penyimpanan
|
:
|
Dalam wadah tertutup
baik
|
|
Khasiat
|
:
|
Antihistaminikum.
|
3. GG (FI.III. Hal : 272-273)
|
|||
Nama Resmi
|
:
|
Glycerylis Guaiacolas
|
|
Nama Lain
|
:
|
Gliseril Guaiakolat
|
|
Pemerian
|
:
|
Serbuk hablur,
putih
|
|
Rumus Molekul
|
:
|
C16H19C1N2 . C4H4O4.
|
|
Berat Molekul
|
:
|
198,22
|
|
Kelarutan
|
:
|
: Larut dalam
air, dalam etanol (95%) P
|
|
Penyimpanan
|
:
|
Dalam wadah
tertutup rapat.
|
|
Khasiat
|
:
|
Ekspektoran.
|
II.4 Perhitungan Dosis
1) Paracetamol
250 mg
DM
: 300 mg/ 4000 mg (FI. Edisi III. Hal 37)
S
: 3 × 1
n
: 25 tahun
1. Dosis
maksimal
Ø Sekali
= 1 × 250 mg = 250 mg < 300 mg
Ø Sehari
= 3 × 250 mg = 750 mg < 4000 mg
2. Presentase
Ø Sekali
=

= 83,33 % ≠ OD
Ø Sehari
= 

= 18,75 % ≠ OD
2) CTM
4 mg
DM : -- / 40 mg (FI.
Edisi III. Hal 153)
S :
3 × 1
n
: 25 tahun
1.
Dosis maksimal
Ø Sehari
= 3 × 4 mg = 12 mg < 40 mg
2.
Presentase
Ø Sehari
= 

= 30 % ≠ OD
3)
GG 1 tablet
Keterangan :
S = Aturan Pakai
n = Umur
II.5 Penimbangan Bahan
Rumus = 

1)
Paracetamol
Dik.
Dosis mg dalam resep = 250
mg
Dosis yang disediakan = 500 mg
Banyaknya sediaan = 20 bungkus
Dit.
Penimbangan.?
=


=
10 tablet
2) CTM
Dik. Dosis mg dalam resep = 4 mg
Dosis yang disediakan = 4 mg
Banyaknya sediaan = 20 bungkus
Dit. Penimbangan.?
=

3) GG
1
tablet
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Prosedur Kerja (Syamsuni 2005) :
1.
Disiapkan
alat dan bahan
2.
Setarakan
Timbangan
3.
Timbang
bahan satu-persatu
4.
Masukan
gg ke dalam lumpang kemudian gerus hingga halus, tambahkan paracetamol sedikit
demi sedikit digerus homogen
5.
Tambahkan
CTM gerus kembali hingga homogen
6.
Bagi
dala 20 bungkus kertas perkamen sama jumlah serbuknya
7.
Masukan
ke dalam cangkang kapsul
8.
Masukan
ke dalam sak plastik
9.
Beri
etiket putih
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam praktikum ini, dilakukan percobaan pembuatan
kapsul. Kapsul adalah bentuk sediaan padat yang terbungkus dalam suatu cangkang
keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang kapsul dibuat dari gelatin dengan
atau tanpa zat tambahan.
Indikasi
paracetamol mengatasi nyeri ringan pada sakit kepala, sakit gigi, sakit haid,
sakit pada otot, dan menurunkan demam. CTM sebagai antihistamin pada penyakit
alergi. GG mengencerkan batuk berdahak.
Efek samping obat
dalam resep yaitu, paracetamol demam yang disertai menggigil atau sakit
tenggorokan yang tidak terkait penyakit sebelumnya, luka, bintik-bintik di
mulut dan di bibir. CTM bisa menyebabkan kantuk, sehingga dilarang minum CTM
jika sedang bekerja ataupun mengendarai kendaraan, bisa membahayakan janin
dalam trimester pertama. GG mengantuk dan mual.
Pada
perhitungan dosis untuk paracetamol terjadi OD didalam dosis sekalinya, hal ini
dikarenakan dosis sekali yang berdasarkan umur (Rumus Dellling) lebih kecil
dari pada dosis sekali yang tertera pada resep. Tetapi untuk dosis seharinya
tidak terjadi OD.
Cara kerja pada
pratikum kali ini adalah ambil 10 tablet PCT dimasukan dimortir dan digerus,
diambil 1 tablet GG dan 20 tablet CTM dan di masukan dimortir di gerus .Campur
dan haluskan hingga homogen kemudian bagi menjadi 20 bungkus pada kertas
perkamen dan di masukan kedalam cangkang kapsul. Setelah itu masukan kedalam
sak obat dan diberi etiket putih karena pemakain oral atau diminum.
Dalam resep ini dokter menulis resep dengan obat dan dosis yang bermaksud untuk pasien penderita penyakit demam disertai
flu dan batuk.
BAB
V
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Dalam pratikum kali
ini paracetamol mengatasi nyeri ringan pada sakit kepala, sakit gigi, sakit
haid, sakit pada otot, dan menurunkan demam. CTM sebagai antihistamin pada
penyakit alergi. GG mengencerkan batuk berdahak. Jadi dapat disimpulkan resep
ini untuk pasien penderita penyakit demam disertai flu dan batuk.
IV.2 Saran
Sebaiknya
percobaan selanjutnya diharapkan kepada asisten laoratorium memberi intruksi
kepada praktikan dengan baik tanpa membeda-bedakan, laboratorium farmasetika di
lengkapi alat dan bahan yang dibutuhkan dalam percobaan agar percobaan
berikutnya tidak kekurangan bahan dan alat, dan praktikum berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 2012. Farmasetika. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Anonim. 2007. Ilmu Resep Jilid I. Jakarta : Depkes.
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III.
Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi.
Jakarta
Juliansyah, Risky.2016.Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar.
stikes mw:kendari.
Syamsuni.
2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan
Farmasi. Jakarta : EGC.
LAMPIRAN 1
Copy
Resep
Apotek MALAYA
(Mandala Waluya)
Jl.A.H Nasution, Kec. Kambu. Kota
Kendari
Apoteker : Nina Sumirna,Apt.
No. SIPA : 15/DKK/VI/2016/006
|
|||||||||||
SALINAN RESEP
No.
Resep : 02
Dari
Dokter : dr. Samsunar
Tanggal
Resep : 19 November 2006
Nama
Pasien : Dian
Umur : 25
tahun
Alamat Pasien
: Jl. A.H Nasution Andonuhu Kendari
Tlpn/Hp Pasien : 082271300952
R / Paracetamol 250 mg
CTM 2 mg
GG 1 tab
m.f caps dtd no. XX
S.P.r.n caps 3 x maks dd
Kendari, 19 November 2016
PCC
Apotek
|
LAMPIRAN 2
Etiket
Apotek MALAYA
(Mandala Waluya)
Jl.A.H Nasution, Kec. Kambu. Kota
Kendari
Apoteker : Nina Sumirna,Apt.
No. SIPA : 15/DKK/VI/2016/006
|
No.
02
Tgl.19-11-2016
Nama:
Dian (25 tahun)
3
× 1 sehari
![]()
Kapsul
Sesudah
/
Obat Dalam
|
LAPORAN
PRAKTIKUM
FARMASETIK
I
KAPSUL
Disusun
Oleh :
Kelas
/ Bacth / Kelompok : G 3 / B / I (Satu)
1.
NILU
MADE SURYANI (F201601131)
2.
WA
ODE AZMILA RAKHMAN (F201601132)
3.
ELIS
TRIWAHYUNI JUFRI (F201601133)
4.
RANDI
ZAKRI (F201601134)
5.
FITRIA
BAHNUD (F201601135)
6.
PIRDA (F201601136)
7.
NURUL
AMALIA SARUN (F201601137)
8.
SITTI
JAMILA (F201601138)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
2016